MALARIA
Malaria adalah penyakit protozoa yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk anopheles ( N’ach, 2003 : 207 ).
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera, dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium dan mudah dikenali gejala meriang ( panas dingin menggigil ) serta demam berkepanjangan
A. Konsep dasar Penyakit Malaria
1. Pengertian
Malaria adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh parasit
( protozoa ) dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. Istilah malaria diambil dari dua kata dari bahasa Italia, yaitu Mal ( buruk ) dan Area ( udara ) atau udara buruk, karena dahulu banyak terdapat didaerah rawa – rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai beberapa nama lain seperti demam roma, demam rawa, demam tropic, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme ( Arlan prabowo 2004: 2 )
( protozoa ) dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. Istilah malaria diambil dari dua kata dari bahasa Italia, yaitu Mal ( buruk ) dan Area ( udara ) atau udara buruk, karena dahulu banyak terdapat didaerah rawa – rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai beberapa nama lain seperti demam roma, demam rawa, demam tropic, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme ( Arlan prabowo 2004: 2 )
Malaria adalah penyakit protozoa yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk anopheles ( N’ach, 2003 : 207 ).
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera, dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium dan mudah dikenali gejala meriang ( panas dingin menggigil ) serta demam berkepanjangan
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat
cepat maupun lama prosesnya, malaria disebabkan oleh parasit malaria / protozoa
genus plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia yang
ditularkan oleh nyamuk anopeles betina ditandai dengan demam, muka nampak pucat
dan pembesaran organ tubuh manusia, ( WHO. 1981 ).
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. ( Drs. Bambang Mursito, Apt.M.Si.2002 )
Malaria adalah penyakit yang terjadi bila eritrosit di inovasi oleh salah satu dari empat spesies parasit protozoa plasmodium ( Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15, Volume 2. 2002 ).
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. ( Drs. Bambang Mursito, Apt.M.Si.2002 )
Malaria adalah penyakit yang terjadi bila eritrosit di inovasi oleh salah satu dari empat spesies parasit protozoa plasmodium ( Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15, Volume 2. 2002 ).
2. Penyebap
Malaria
disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus Plasmodium.
Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada manusia terdapat 4
spesies yaitu Plasmodium vivax,Plasmodium falciparum, Plasmodium malariaedan
Plasmodium ovale. Penularan pada manusia dilakukanoleh nyamuk betinaAnopheles
ataupun ditularkan langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik
yangtercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya.(6,7)Malaria vivax disebabkan
oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai malaria tertiana. P.
malariaemerupakan penyebab malaria malariae atau malaria kuartana. P. ovale
merupakan penyebab malariaovale, sedangkan P. falciparum menyebabkan malaria
falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir inipaling berbahaya, karena
malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam waktu singkatdapat
menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai
komplikasi di dalamorgan-organ tubuh.
Selain
itu Ada 4 jenis penyebab penyakit malaria yaitu sebagai berikut :
1. Plasmodium
palsifarum,yang menyebabkan malaria tropika yang dapat menimbulkan malaria otak
dengan akibat penderita menjadi gila atau meninggal dunia bila tidak segera
diobati,demam terjadi selam 24 jam.
2. Plasmodium vivax, yang menyebabkan malaria
tertiana,demam timbul teratur tiap 48 jam sekali,siang atau sore.
3. Plasmodiu malriae,yang menyebabkan malria
quartana,demam muncul setiap hari ke empat atau 72 jam sekali.
4. Plasmodium ovale,yang menyebabkan malaria
ovale.
3. Tanda dan Gejala
Adapun
tanda dan gejala yang muncul pada pasien malaria :
1. Dimulai dengan dingin dan sering sakit
kepala. Penderita menggigil atau gemetar selama 15 menit sampai satu jam.
2. Dingin diikuti demam dengan suhu 40
derajat atau lebih. Penderita lemah, kulitnya kemerahan dan menggigau. Demam
berakhir serelah beberapa jam.
3. Penderita mulai berkeringat dan suhunya
menurun. Setelah serangan itu berakhir, penderita merasa lemah tetapi
keadaannya tidak mengkhawatirkan
4. demam, menggigil berkala disertai
sakit kepala
5. pucat, tidak ada napsu makan,mual,muntah
6. badan terasa lemah
7. limfe membengkak
8. pada penderita malaria berat :
a.
diare
b.
kejang – kejang
c.
gangguan kesadaran sampai koma
4. Patofisiologi
Malaria
akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan lingkungan.
Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh
darah daripada koagulasi intravaskuler. Oeleh karena skizogoni menyebabkan
kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia.
Beratnya
anemi tidak sebanding dengan parasitemia
menunjukkan adanya kelainan eritrosit
selain yang mengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang
menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang menyebabkan
terjadinya anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit. Limpa
mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah pecah.
Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi
fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi.
Pada malaria kronis terjadi hyperplasia
dari retikulosit diserta peningkatan makrofag. Pada malaria beratm mekanisme
patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit ke dalam eritrosit sehingga
menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalami perubahan struktur danmbiomolekular sel
untuk mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut meliputi mekanisme,
diantaranya transport membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi danrese ttin gi Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi P. falciparum pada reseptor
di bagianendotelium venule dan kapiler. Selain itu eritrosit juga dapat melekat
pada eritrosit yang tidak terinfeksisehingga terbentuk roset. Resetting adalah
suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yangmengandungm ero z o it
matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit,
sehinggaberbentu seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi
terjadinyaresett ing adalah golongan darahdimana terdapatnya antigen golongan
darah A dan B yang bertindak sebagai reseptor pada permukaaneritrosit yang
tidak terinfeksi. Menurut pendapat ahli
lain, patogenesis malaria adalah multifaktorial dan berhubungan dengan hal-hal
sebagai berikut: :
1. Penghancuran
eritrosit Fagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi
juga terhadap eritrosit yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan
anemia dan hipoksemia jaringan. Pada hemolisis intravascular yang berat dapat
terjadi hemoglobinuria ( black white
fever ) dan dapat menyebabkan gagal ginjal.
2. Mediator endotoksin-makrofagPada saat
skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang sensitive endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator. Endotoksin mungkin berasal
dari saluran cerna dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktor nekrosis
tumor (TNF) yang merupakan suatu monokin, ditemukan dalam peredaran darah
manusia dan hewan yang terinfeksi parasit malaria. TNF dan sitokin dapat
menimbulkan demam, hipoglikemia, dan sndrom penyakit pernapasan pada orang
dewasa.
5. Komplikasi
1. Malaria
Serebral
Merupakan komplikasi paling berbahaya.
Ditandai dengan penurunan kesadaran (apatis, disorientasi, somnolen, stupor,
sopor, koma) yang dapat terjadi secara perlahan dalam beberapa hari atau mendadak dalam waktu hanya 1 2 jam, sering
disertai kejang. Penilaian penurunan kesadaran ini dievaluasi
berdasarkan GCS.
Diperberat
karena gangguan metabolisme, seperti asidosis, hipoglikemi, gangguan ini dapat terjadi karena beberapa
proses patologis.
Diduga
terjadi sumbatan kapiler pembuluh darah otak sehingga terjadi anoksia otak.
Sumbatan karena eritrosit berparasit sulit melalui kapiler karena proses
sitoadherensi dan sekuestrasi parasit. Tetapi pada penelitian Warrell,
menyatakan bahwa tidak ada perubahan cerebral blood flow, cerebro vascular
resistence, atau cerebral metabolic rate for oxygen pada pasien koma dibanding
pasien yang telah pulih kesadarannya.
Kadar
laktat pada cairan serebrospinal (CSS) meningkat pada malaria serebral yaitu
>2.2 mmol/L (1.96 mg/dL) dan dapat dijadikan indikator prognostik: bila
kadar laktat >6 mmol/L memiliki prognosa yang fatal.
Biasanya
disertai ikterik, gagal ginjal, hipoglikemia, dan edema paru. Bila terdapat
>3 komplikasi organ, maka prognosa kematian >75 %.
2. Gagal
Ginjal Akut (GGA)
Kelainan fungsi ginjal dapat terjadi prerenal
karena dehidrasi (>50%), dan hanya ±5 10 % disebabkan oleh nekrosis tubulus
akut. Gangguan fungsi ginjal ini oleh karena anoksia yang disebabkan penurunan
aliran darah ke ginjal akibat dehidrasi dan sumbatan mikrovaskular akibat sekuestrasi,
sitoadherendan rosseting.
Apabila
berat jenis (BJ) urin <1.01 menunjukkan dugaan nekrosis tubulus akut; sedang
urin yang pekat dengan BJ >1.05, rasio urin:darah > 4:1, natrium urin
< 20 mmol/L menunjukkan dehidrasi
Secara
klinis terjadi oligouria atau poliuria. Beberapa faktor risiko terjadinya GGA ialah hiperparasitemia, hipotensi,
ikterus, hemoglobinuria.
Dialisis
merupakan pengobatan yang dapat menurunkan mortalitas. Seperti pada
hiperbilirubinemia, anuria dapat berlangsung terus walaupun pemeriksaan parasit
sudah negative
3. Kelainan
Hati (Malaria Biliosa)
Ikterus sering dijumpai pada infeksi malaria
falsiparum, mungkin disebabkan karena sekuestrasi dan sitoadheren yang
menyebabkan obstruksi mikrovaskular. Ikterik karena hemolitik sering terjadi.
Ikterik yang berat karena P. falsiparum sering penderita dewasa hal ini karena
hemolisis, kerusakan hepatosit. Terdapat
pula hepatomegali, hiperbilirubinemia, penurunan kadar serum albumin dan
peningkatan ringan serum transaminase dan 5 nukleotidase. Ganggguan fungsi hati
dapat menyebabkan hipoglikemia, asidosis laktat, gangguan metabolisme obat.
4. Edema
Paru sering disebut Insufisiensi Paru
Sering terjadi pada malaria dewasa. Dapat
terjadi oleh karena hiperpermiabilitas kapiler dan atau kelebihan cairan dan
mungkin juga karena peningkatan TNF α. Penyebab lain gangguan pernafasan
(respiratory distress): 1) Kompensasi pernafasan dalam keadaan asidosis
metabolic; 2) Efek langsung dari parasit atau peningkatan tekanan intrakranial
pada pusat pernapasan di otak; 3) Infeksi sekunder pada paru paru; 4) Anemia
berat; 5) Kelebihan dosis antikonvulsan (phenobarbital) menekan pusat
pernafasan.
5. Hipoglikemia
Hipoglikemi sering terjadi pada anak anak,
wanita hamil, dan penderita dewasa dalam pengobatan quinine (setelah 3 jam
infus kina). Hipoglikemi terjadi karena: 1) Cadangan glukosa kurang pada
penderita starvasi atau malnutrisi; 2) Gangguan absorbsi glukosa karena
berkurangnya aliran darah ke splanchnicus; 3) Meningkatnya metabolisme glukosa
di jaringan; 4) Pemakaian glukosa oleh parasit; 5) Sitokin akan menggangu
glukoneogenesis; 6) Hiperinsulinemia pada pengobatan quinine.
Metabolisme
anaerob glukosa akan menyebabkan asidemia dan produksi laktat yang akan
memperburuk prognosis malaria berat.
6. Haemoglobinuria
(Black Water Fever)
Merupakan suatu sindrom dengan gejala
serangan akut, menggigil, demam, hemolisis intravascular, hemoglobinuria, dan
gagal ginjal. Biasanya terjadi pada infeksi P. falciparum yang berulang-ulang
pada orang non-imun atau dengan pengobatan kina yang tidak adekuat dan yang
bukan disebabkan oleh karena defisiensi G6PD atau kekurangan G6PD yang biasanya
karena pemberian primakuin.
7. Malaria
Algid
Terjadi gagal sirkulasi atau syok, tekanan
sistolik <70 mmHg, disertai gambaran klinis keringat dingin, atau perbedaan
temperatur kulit-mukosa >1 ˚C, kulit tidak elastis, pucat. Pernapasan
dangkal, nadi cepat, tekanan darah turun, sering tekanan sistolik tak terukur
dan nadi yang normal.
Syok
umumnya terjadi karena dehidrasi dan biasanya bersamaan dengan sepsis. Pada
kebanyakan kasus didapatkan tekanan darah normal rendah yang disebabkan karena
vasodilatasi.
8. Asidosis
Asidosis (bikarbonat <15meq) atau asidemia
(PH <7.25), pada malaria menunjukkan prognosis buruk. Keadaan ini dapat
disebabkan: 1) Perfusi jaringan yang buruk oleh karena hipovolemia yang akan
menurunkan pengangkutan oksigen; 2) Produksi laktat oleh parasit; 3)
Terbentuknya laktat karena aktifitas sitokin terutama TNF α, pada fase respon
akut; 4) Aliran darah ke hati yang berkurang, sehingga mengganggu bersihan
laktat; 5) Gangguan fungsi ginjal, sehingga terganggunya ekresi asam.
Asidosis
metabolik dan gangguan metabolik: pernafasan kussmaul, peningkatan asam laktat,
dan pH darah menurun (<7,25) dan penurunan bikarbonat (< 15meq).
Keadaan
asidosis bisa disertai edema paru, syok gagal ginjal, hipoglikemia. Gangguan
lain seperti hipokalsemia, hipofosfatemia, dan hipoalbuminemia.
9. Manifestasi
gangguan Gastro-Intestinal
Gejala
gastrointestinal sering dijumpai pada malaria falsifarum berupa keluhan tak
enak diperut, flatulensi, mual, muntah, kolik, diare atau konstipasi. Kadang
lebih berat berupa billious remittent fever (gejala gastro-intestinal dengan
hepatomegali), ikterik, dan gagal ginjal, malaria disentri, malaria kolera.
10. Hiponatremia
Terjadinya hiponatremia disebabkan karena
kehilangan cairan dan garam melalui muntah dan mencret ataupun terjadinya
sindroma abnormalitas hormon anti-diuretik (SAHAD).
11. Gangguan
Perdarahan
Gangguan perdarahan oleh karena
trombositopenia sangat jarang. Perdarahan lebih sering disebabkan oleh
Diseminata Intravaskular Coagulasi (DIC).
Catatan
Sitoadherensi: perlekatan antara
eritrosit berparasit (EP )stadium matur pada permukaan endotel vaskular.
Sekuestrasi: sitoadheren menyebabkan
eritrosit berparasit tidak beredar kembali dalam vaskuler
Rosseting: berkelompoknya EP matur yang
diselubungi ≥10 eritrosit yang non parasit sehingga terjadi obstruksi aliran
darah local/dalam jaringan sehingga mempermudah terjadinya sitoadheren.
6. Bahaya penyakit malaria
1. Rasa sakit yang ditimbulkan sangat
menyiksa bagi si penderita
2. Tubuh yang sangat lemah, sehingga
tidak dapat bekerja seperti biasa
3. Dapat menimbulkan kematian pada
anak-anak dan bayi
Perkembangan
otak bisa terganggu pada anak-anak dan bayi, sehingga menyebabkan kebodohan.
7. Pencegahan
1. Hindari gigitan nyamuk
-
tidur memakai kelambu
-
menggunakan anti nyamuk bakar / semprot / lotion
-
memasang kawat kasa pada lubang angin rumah dan jendela
2. Membunuh jentik nyamuk
-
menimbun atau mengalirkan genangan air
-
menjaga kebersihan lingkungan
Menjaga
kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang penting
untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam hari ini. Keberhasilan
langkah ini sangat ditentukan oleh kesadaran masyarakat setempat. Pencegahan
tanpa obat, yaitu dengan menghindari gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan cara
:
1. Menggunakan kelambu (bed net) pada waktu
tidur, lebih baik lagi dengan kelambu berinsektisida.
2. Mengolesi badan dengan obat anti
gigitan nyamuk (repellent).
3. Menggunakan pembasmi nyamuk, baik
bakar, semprot maupun lainnya.
4. Memasang kawat kasa pada jendela dan
ventilasi.
5. Letak tempat tinggal diusahakan jauh
dari kandang ternak.
6. Mencegah penderita malaria dan
gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar.
7. Membersihkan tempat hinggap/istirahat
nyamuk dan memberantas sarang nyamuk.
8. Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap,
kotor dan pakaian yang bergantungan serta genangan air.
9. Membunuh jentik nyamuk dengan
menyemprotkan obat anti larva (bubuk abate) pada genangan air atau menebarkan
ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.
10. Melestarikan hutan bakau agar nyamuk
tidak berkembang biak di rawa payau sepanjang pantai.
Langkah
lainnya adalah mengantisipasi dengan meminum obat satu bulan sebelum seseorang
melakukan bepergian ke luar daerah tempat tinggalnya yang bebas malaria,
sebaiknya mengkonsumsi obat antimalaria, misalnya klorokuin, karena obat ini
efektif terhadap semua jenis parasit malaria. Aturan pemakaiannya adalah :
Pendatang sementara ke daerah endemis, dosis
klorokuin adalah 300 mg/minggu, 1 minggu sebelum berangkat selama berada di
lokasi sampai 4 minggu setelah kembali.
Penduduk
daerah endemis dan penduduk baru yang akan menetap tinggal, dosis klorokuin 300
mg/minggu. Obat hanya diminum selama 12 minggu (3 bulan). Semua penderita demam di daerah endemis
diberikan klorokuin dosis tunggal 600 mg jika daerah itu plasmodium falciparum
sudah resisten terhadap klorokuin ditambahkan primakuin sebanyak tiga tablet.
8. Pengobatan
Tujuan
pengobatan malaria adalah menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mengurangi
kesakitan, mencegah komplikasi dan relaps, serta mengurangi kerugian sosial
ekonomi (akibat malaria). Tentunya, obat yang ideal adalah yang memenuhi
syarat:
- Membunuh semua stadium dan jenis
parasit
- Menyembuhkan infeksi akut, kronis dan
relaps
- Toksisitas dan efek samping sedikit
- Mudah cara pemberiannya
- Harga murah dan terjangkau oleh semua
lapisan masyarakat
Sayangnya,
dalam pengobatan didapatkan hambatan operasional dan teknis. Hambatan
operasioanal itu adalah:
- produksi obat, penggunaan obat-obatan
dengan kualitas kurang baik, bahkan obat palsu.
- distribusi obat tidak sesuai dengan
kebutuhan atas indikasi kasus di puskesmas.
- kualitas tenaga kesehatan, pemberian obat
tidak sesuai dengan dosis trandar yang telah ditetapkan.
- kesadaran penderita, penderita tidak minum
obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan (misal, klorokuin untuk tiga hari,
hanya diminum satu hari saja)
Sementara itu, hambatan teknisnya adalah
gagal obat atau resistensi terhadap obat. Obat yang ideal yaitu:
- Membunuh semua stadium dan jenis parasit
- Menyembuhkan infeksi akut, kronis dan relaps
- Toksisitas dan efek samping sedikit
- Mudah cara pemberiannya
- Harga murah dan terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat
Sedangkan hambatan operasional dalam
pengobatan adalah:
- produksi
obat, penggunaan obat-obatan dengan kualitas kurang baik, bahkan obat palsu.
- distribusi
obat tidak sesuai dengan kebutuhan atas indikasi kasus di puskesmas.
- kualitas
tenaga kesehatan, pemberian obat tidak sesuai dengan dosis trandar yang telah
ditetapkan.
- kesadaran
penderita, penderita tidak minum obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan
(misal klorokuin untuk 3 hari, hanya diminum 1 hari saja).
Ada
beberapa jenis obat yang dikenal umum yang dapat digunakan dalam pengobatan
penyakit malaria, antara lain :
1. Klorokuin
Kerja
obat :
- sizon darah : sangat efektif terhadap semua
jenis parasit malaria dengan menekan gejala klinis dan menyembuhkan secara
klinis dan radikal; obat pilihan terhadap serangan akut, demam hilang dalam 24
jam dan parasitemia hilang dalam 48-72 jam; bila penyembuhan lambat dapat
dicurigai terjadi resistensi (gagal obat); terhadap Plasmodium falciparum yang
resisten klorokuin masih dapat mencegah kematian dan mengurangi penderitaan.
- gametosit : tidak evektif terhadap gamet
dewasa tetapi masih efektif terhadap gamet muda.
Farmokodinamika
:
-
menghambat sintesa enzim parasit membentuk DNA dan RDA
- obat bersenyawa dengan DNA sehingga proses
pembelahan dan pembentukan RNA terganggu.
Toksisitas
:
-
Dosis toksis: 1500 mg basa (dewasa)
- Dosis lethal: 2000 mg basa (dewasa) atau
1000 mg basa pada anak-anak atau lebih besar / sama dengan 30 mg basa/kg BB.
Efek
samping :
- gangguan gastro-intestinal seperti mual,
muntah, diare terutama bila perut dalam keadaan kosong
-
pandangan kabur
-
sakit kepala, pusing (vertigo)
-
gangguan pendengaran
Formulasi
obat:
- Tablet (tidak berlapis gula): Klorokuin difosfat
150 mg basa setara dengan 250 mg berntuk garam dan Klorokuin sulfat 150 mg basa
setara dengan 204 mg garam.
- Ampul: 1 ml berisi 100 ml basa klorokuin
disulfat per ampul dan 2 ml berisi 200 ml basa klorokuin disulfat per ampul.
2. Primakuin
Kerja
obat :
- sizon jaringan: sangat efektif terhadap
p.falciparum dan p.vivax, terhadap p. malariae tidak diketahui.
- sizon darah: aktif terhadap p.falciparum
dan p.vivax tetapi memerlukan dosis tinggi sehingga perlu hati-hati.
-
gametosit: sangat efektif terhadap semua spesies parasit.
- hipnosoit: dapat memberikan kesembuhan
radikal pada p.vivax dan p.ovale.
Farmakodinamika : Menghambat proses respirasi
mitochondrial parasit (sifat oksidan) sehingga lebih berefek pada parasit
stadium jaringan dan hipnosoit
Toksisitas
:
-
Dosis toksis 60-240 mg basa (dewasa) atau 1-4 mg/kgBB/hari
-
Dosis lethal lebih besar 240 mg basa (dewasa) atau 4 mg/kg/BB/hari
Efek
samping :
- Gangguan gastro-intestinal seperti mual,
muntah, anoreksia, sakit perut terutama bila dalam keadaan kosong
-
Kejang-kejang/gangguan kesadaran
-
Gangguan sistem haemopoitik
-
Pada penderita defisiensi G6 PD terjadi Hemolysis
Formulasi
obat : Tablet tidak berlapis gula, 15 mg basa per tablet.
3. Kina
Kerja
obat :
-
sizon darah: sangat efektif terhadap penyembuhan secara klinis dan radikal
- Gametosit: tidak berefek terhadap semua
gamet dewasa P. falciparum dan terhadap spesies lain cukup efektif.
Farmakodinamika : Terikat dengan DNA sehingga
pembelahan RNA terganggu yang kemudian menghambat sintesa protein parasit.
Toksisitas
:
-
dosis toksis: 2-8 gr/hari (dewasa)
-
dosis lethal: lebih besar dari 8 gr/hari (dewasa)
Efek samping : Chinchonisme Syndrom dengan
keluhan antara lain pusing, sakit kepala, gangguan pendengaran –telinga
berdenging (tinuitis dll), mual dan muntah, tremor dan penglihatan kabur.
Formulasi
obat:
- Tablet (berlapis gula), 200 mg basa per
tablet setara 220 mg bentuk garam.
- Injeksi: 1 ampul 2 cc kina HCl 25% berisi
500 mg basa (per 1 cc berisi 250 mg basa)
4. Sulfadoksin Pirimetamin (SP)
Kerja
obat :
- sizon darah: sangat efektif terhadap semua
p. falciparum dan kuang efektif terhadap parasit lain dan menyembuhkan secara
radikal. Efeknya bisa lambat bila dipakai dosis tunggal sehingga harus dikombinasikan
dengan obat lain (Pirimakuin)
- Gametosit: tidak efektif terhadap gametosit
tetapi pirimetamin dapat mensterilkan gametosit
Farmakodinamika
:
- primetamin, terikat dengan enzym
Dihidrofolat reduktase sehingga sintesa asam folat terhambat sehingga
pembelahan inti parasit terganggu
-
SP menghambat PABA ekstraseluler membentuk asam folat merupakan bahan inti sel
dan sitoplasma parasit
Toksisitas
:
- sulfadoksin, dosis toksis 4-7gr/hari
(dewasa); dosis lethal lebih besar 7 gr/hari (dewasa)
- pirimetamin, dosis toksis 100-250 mg/hari
(dewasa); dosis lethal lebih besar 250
mg/hari (dewasa)
Efek
samping :
-
gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah
- pandangan
kabur
-
sakit kepala, pusing (vertigo)
- haemolisis, anemia aplastik,
trombositopenia pada penderita defisiensi G6PD
Kontra
indikasi :
-
idiosinkresi
-
bayi kurang 1 tahun
-
Defisiensi G6PD
Formulasi
obat : 500 mg sulfadoksin ditambah 25 mg pirimetamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar